Tentang Ksatria
Para ksatria sering hidup dengan cara yang ganjil, telaten, dan berhati-hati. Ia beramal, melakukan yang tidak dilakukan orang; mencari guru, bertapa, dan mendapat pencerahan di malam ke 1948
Saat ini seringkali banyak orang ingin menjadi ksatria. Menjadi seseorang yang bertindak nirbatas, di luar kendali kebiasaan dan mengaku menjadi orang yang memiliki kekuatan di atas rata-rata. Para ksatria sering hidup dengan cara yang ganjil, telaten, dan berhati-hati. Mereka hidup tidak sama dengan cara orang menjalani kehidupannya. Ia beramal, melakukan suatu yang tidak dilakukan orang banyak; mencari guru, bertapa, dan mendapat pencerahan di malam ke 1948. Ia mengatur makan tidak sampai kenyang, dan minum seadanya agar memiliki kekuatan jiwa yang kuat. Bahkan di hari-hari yang diperhitungkan mereka berpuasa agar dapat mengontrol desakan jiwa binatang yang kerap mengganggu pikiran.
Seringkali pula imajinasi mengenai kesatriaan lahir dari waham, mitos, legenda, atau nilai-nilai metafisik yang telah lama dianut oleh suatu komunitas. Sekarang pun dunia telah menjadi palagan perang, dan tidak menutup kemungkinan setiap saat lahir ksatria-ksatria yang memiliki tindak tanduk tak biasa, yang menginginkan dunia ini bekerja berdasarkan apa yang ia harapkan.
Di dunia sastra, siapa yang tidak mengenal Don Quixote, seorang ksatria berkuda yang melanglang buana menghadapi kejahatan. Suatu waktu ia bertemu monster raksasa yang sebenarnya adalah kincir angin. Dengan bermodal tombak dan zirah besi ia melawan kincir angin itu seolah-olah ia sedang menghadapi pertarungan hidup mati. Don Quixote adalah ksatria dengan pikiran yang ganjil, bahkan berhalusinasi. Tapi itulah sumber kesatriannya.
Ksatria lain sering dijumpai dalam dunia wayang: Pandawa Lima, yang merupakan para gacoan melawan para kurawa, raksasa-raksasa yang jelek rupanya, dan berkeringat.
Anda pasti tahu bagaimana rupa-rupa raksasa jika digambarkan di dalam cerita film-film. Mereka memiliki kemiripan yaitu menyukai kekuatan fisik sebagai satu-satunya kehebatan yang tidak dimiliki banyak orang. Para raksasa sering merasa diri atas angin, egois, dan tidak memiliki kemampuan berpikir jernih karena telah dibutakan oleh tenaga kuat mereka. Sementara para ksatria lebih mudah diketahui karena keperawakannya yang kalem, tidak grasak-grusuk, dan memiliki kearifan yang lahir dari pembelajaran yang panjang.
Dalam perjanjian lama, kisah terkemuka mengenai Daud melawan Goliat merupakan cerita ksatria. Kisah ini merupakan alegori tentang kekuatan yang tidak selalu dimenangkan melalui tenaga-tenaga raksasa. Daud adalah seorang pengembala domba bersenjata katapel tapi berhasil memenangkan pertarungan melawan Goliat pasukan bertubuh raksasa enam hasta yang selalu membuat gentar lawan-lawannya. Untuk ukuran masa kini, kekalahan Goliat nampak tidak masuk akal. Bagaimana mungkin seorang prajurit raksasa dikalahkan oleh seorang yang sehari-harinya bekerja memberi makan domba. Tapi, begitulah kisah-kisah dalam kitab suci. Nalar modern sulit mencernanya.
Kiwari, sudah menjadi pemandangan sehari-hari bahwa jauh dari tempat kita saat ini terjadi peperangan antara si raksasa dan si kecil. Peperangan ini menjatuhkan korban tidak sedikit, bahkan imbasnya bisa lebih besar dari korban bom Nagasaki dan Hiroshima. Dahulu dua kota ini menjadi puing-puing nyaris tidak dapat bangkit setelah akhirnya menjadi kota yang maju berkat peran teknokrat, guru, saintis, dan pemerintah yang selamat. Anak-anak mereka yang melanjutkan kehidupan setelahnya dapat belajar betapa kejamnya apabila sains dan politik disalahgunakan. Sehancur-hancurnya dua kota ini, seiring waktu mereka dapat bangkit menyusun ulang kehidupannya. Membentuk ulang peradabannnya.
Tapi, lain cerita dengan perang dua kekuatan kali ini, yang tidak seimbang dan nampak aneh jika disebut peperangan. Seperti Goliat dan Daud. Peperangan kali ini nampak jomplang. Bahkan lebih patut disebut sebagai pembantaian yang berarti tidak akan ada lagi harapan untuk bangkit kembali. Jika Jepang dapat mengusulkan ulang sendi-sendi kehidupannya, tapi tidak dengan konsekuensi pembantaian yang sudah berlangsung sejak lama ini. Mereka kehilangan banyak peluang untuk hidup normal seperti kita rasakan: rumah, sekolah, museum, perpustakaan, pabrik, pasar, atau semua fasilitas kehidupan yang mengindikasikan nilai-nilai peradaban telah musnah semuanya.
Mungkin saja cerita ksatria semacam Daud dan Goliat tidak cukup relevan dengan masa saat ini. Tapi, prinsip-prinsip ksatria mudah kita ketahui sama persisnya kita mengetahui siapa raksasa yang bertindak dengan kekuatan besar tapi didorong dengan ambisi dan egosisme. Saat ini para raksasa-raksasa bukan lagi seperti Goliat, bahkan melampaui Goliat. Tapi, siapa Daud dalam palagan saat ini?
Di masa kanak-kanak, Ksatria Baja Hitam merupakan fiksi yang mengisi imajinasi dunia anak mengenai manusia ksatria. Saat itu seorang pahlawan seperti Kotaro Minami perlu bertransformasi menjadi manusia belalang agar dapat memaksimalkan kekuatannya. Dengan itu ia dapat lebih kuat menumpas kejahatan. Ketika itu terjadi jalan ceritanya sudah pasti akan dimenangkan Kotaro dengan menggunakan pedang matahari. Seperti yang menjadi adegan iconiknya: sang ksatria perlu membelakangi si monster setelah hancur berkeping-keping melalui ledakan dari sabetan pedang matahari.
Di dunia barat, Hollywood merupakan indusrti perfilman yang paling banyak menciptakan para ksatria. Mereka dikenal sebagai superhero, orang-orang yang memiliki kekuatan khusus dan bertanggung jawab untuk mengentaskan kejahatan di muka bumi ini: Batman, Superman, Ironman, Spiderman, dan segudang figur lain dengan macam-macam kekuatan. Bahkan ada superhero yang bisa berubah menjadi kecil sebesar anak lalat, atau menjadi raksasa seukuran gedung pencakar langit.
Para superhero bikinan Hollywood ini ada yang memang memiliki kekuatan sejak lahir, bahkan ada yang tidak berasal dari bumi untuk menegaskan betapa si jagoan memang bukan manusia biasa sehingga memiliki usia yang panjang dan tak menua. Ada juga yang berasal dari dunia antah berantah yang tidak diketahui di mana mereka hidup dikarenakan jauh dari jangkauan orang-orang. Ada juga superhero yang memang lahir sebagai manusia biasa dan kemudian terinspirasi dari kalong hitam, namun kelak menyadari dengan bantuan teknologi dan finansial yang melimpah, menjadi superhero dengan persenjataan canggih.
Superhero ini sayangnya hanya berada dalam dunia fiksi. Tak memiliki rekam sejarah, meski bisa jadi memberikan inspirasi kepada khususnya anak-anak. Tapi, tidak memiliki rekam sejarah berarti mereka adalah tokoh-tokoh ahistoris, tidak nyata, dan tidak berefek kepada keperluan sebuah komunitas atau bangsa dalam membentuk karakter perjuangan generasi mendatang.
Saya kerap berpikir, apakah dunia barat tidak memiliki ksatria-ksatria sungguhan sampai- menciptakan superhero bermacam-macam. Anak-anak di sana sampai hapal biografi setiap superhero. Bahkan mengoleksi komik-komik sama seperti kebutuhan seorang ilmuwan membutuhkan berbagai macam buku-buku babon. 20 tahun lagi, 50 tahun lagi, atau tidak sampai segitu, anak-anak di dunia barat tidak akan memiliki inspirasi perjuangan selain ingin menjadi superhero dalam dunia fiksi. Dari sekarang mereka akan merepotkan orangtuanya untuk membeli mainan dan kostum superhero dan melihat dunia ini seperti dalam dunia komik.